ALAT KERJA PEMIPAAN


1. Pemotong pipa (tubing cutter)

Alat pemotong pipa ada 2 macam yaitu tubing cutter dan gergaji (hacksaw). Yang perlu diperhatikan pada saat memotong pipa adalah jangan sampai kotoran-kotoran masuk dalam system waktu memotong pipa. Untuk memotong pipa dengan tubing cutter, pipa dimasukan antara roler dan cuting whel. Tightening knob berfungsi untuk menyesuaikan dengan diameter pipa yang dipotong. Bila roda pemotong ditukar dengan roda penekan yang tumpul, maka fungsi tubing cutter akan berubah menjadi memperkecil ujung diameter pipa, sehingga dapat disambung dengan pipa yang lebih kecil.
2. Reamer dan Deburrer

Pipa tembaga setelah dipotong ujungnya tidak rata pada bagian dalam maupun bagian luarnya. Harus diratakan dengan reamer. Pengerjaan membersihkan ujung pipa setelah dipotong sangat penting sebelum pipa dikembangkan (flare) atau dibesarkan (swage). Pisau pada reamer dan deburrer dibuat dari baja yang dikeraskan. Dipakai untuk meratakan ujung pipa yang telah dipotong. Dapat untuk meratakan ujung pipa dari 3/16 s.d. 1.1/2 “ pada bagian dalam dan bagian luarnya. Pemotong pipa ada juga yang dilengkapi dengan pisau reamer (reamer blade) dan kikir.
3. Flaring/Swaging Tool
Flaring tool berfungsi untuk mengembangkan diameter ujung pipa agar dapat disambungkan dengan sambungan berulir (flare fiting). Flaring tooll terdiri dari 2 buah block yang disatukan dengan baut dan mur kupu-kupu (wing nut). Kedua penjepit ini diberi lubang dari beberapa ukuran pipa 3/16 s.d. 5/8. Sebuah joke ujungnya bercabang dapat diselipkan pada penjepit tersebut. Pada bagian atas joke mempunyai sebuah baut yang panjang. Pada bagian atas baut diberi batang pemutar dan pada bagian bawah diberi sebuah flare cone (spinner). Flare cone tersebut berbentuk kerucut dengan sudut 45o untuk menekan dan mengembangkan ujung pipa.
Swaging tool untuk membesarkan ujung pipa, agar dua buah pipa yang sama diameternya dapat disambung dengan solder timah atau las perak. Panjang sambungan untuk tiap pipa berbeda, pada umumnya diambil sepanjang diameter dari pipa yang akan disambung.
Swagging tool ada 2 macam :
1.    Model dipukul (Punch type)
2.    Model diputar (Screw type)
Pemakaiannya hampir sama dengan flaring tool. Di sini flare cone ditukar dengan swaging punch (swaging dies atau swage adaptor).
4. Pembengkok pipa (Tube Bender)
Untuk membengkok pipa tembaga lunak. Pipa 3/16 dan ¼” dapat dibengkok dengan tangan tanpa memakai alat, tetapi dengan mempergunakan alat pembengkok pipa akan diperoleh hasil bengkokan yang tepat dan rapi. Alat pembengkok pipa juga dapat menghindarkan pipa menjadi gepeng dan rusak.
Alat pembengkok pipa ada 2 macam :
1.    Dengan rol dan tuas (Lever type tube bender)
2.    Dengan pegas (Spring type tube bender)

Pembengkok pipa dengan pegas
Pembengkok pipa tersebut ada 2 macam : Lilitan pegas di luar (Outside spring) dan lilitan pegas di dalam (Inside spring). Yang pertama pipa dimasukan ke dalam pegas dan untuk yang kedua pegas dimasukan ke dalam pipa. Inside spring hanya dapat dipakai untuk membengkokan ujung pipa, sedangkan Outside spring dapat dipakai untuk membengkokan semua bagian dari pipa.
            Pembengkok pipa dengan rol dan tuas
Alat pembengkok type ini dapat membuat bengkokan pipa dengan radius tertentu sesuai dengan diameter dari rol, dapat membengkok pipa tepat pada tempatnya dan dapat membuat sudut bengkokan dengan akurat dengan hasil bengkokan sangat baik. Dapat membengkokan pipa dari 0 – 1800

5. Alat Pembuntu Pipa.

Alat ini dipakai untuk membuntukan ujung pipa. Pembuntu pipa dibuat oleh beberapa pabrik dengan bermacam-macam model, bentuk, dan sifat.

Vise-Grip : Bentuknya seperti tang penjepit yang berbentuk setengah bulatan memanjang. Sangat praktis dan mudah dipakai untuk membuntukan pipa kapiler dan pipa tembaga sampai ½”. Setelah pipa dijepit sampai tidak bocor, pembuntu pipa tersebut akan terus menjepit dan melekat pada pipa. Setelah pekerjaan selesai, barulah vise-grip tersebut dilepas dari pipa.
Imperial : Direncanakan untuk membuntukan sementara, setelah itu pipa dapat dibulatkan kembali. Pipa dijepit seperti pada flaring tool. Alat tersebut juga dilengkapi lubang-lubang untuk membuka dan membulatkan kembali pipa yang gepeng. Dapat dipakai untuk pipa ukuran : ¼”, 5/16, 3/8, dan ½”.
Robinair : Pipa ditekan sampai menjadi satu. Dari bawah berbentuk dua garis melintang dan dari atas diantara kedua garis tersebut terdapat bulatan. Hasil jepitannya sangat kuat. Setelah dibuntukan pipa tidak dapat dibulatkan kembali. Dapat dipakai untuk membuntukan pipa kapiler dan pipa tembaga sampai dengan 3/8
6.     Dental Mirror
Dental mirror biasanya digunakan oleh dokter gigi, berguna untuk melihat dan memeriksa bagian-bagian yang terlindung atau sukar dilihat, demikian halnya pada pemeriksaan bagian-bagian komponen mesin pendingin. Untuk memeriksa hasil pengelasan atau mencari kebocoran pada tempat yang sukar dilihat. Alat ini ada yang dilengkapi lampu battery sehingga bisa memeriksa bagian yang gelap.
7.     Tubing Piercing Valve (Line Tap Valve)
Alat ini berfungsi untuk membuat lubang saluran pada pipa. Alat ini dipasang pada pipa dengan mur dan dilengkapi lubang yang dipakai untuk membuat lubang ke pipa. Lubang ini berguna untuk pengisian, pemeriksaan, dan pembersihan system pendingin.

Perlengkapan ini berfungsi untuk membakar (memanaskan) pada saat melepas atau menyambung sambungan pipa dengan solder timah atau las perak. Brander atau kompor tersebut ada yang memakai bahan bakar dari : elpiji, minyak tanah, juga ada yang memakai oksigen dengan karbit (acetylene) atau gas elpiji.
9. Kunci –kunci
Fungsinya untuk melepas atau mengeraskan mur, baut dan lain-lain. Untuk mereparasi system komersial biasanya menggunakan ku nci inggris (adjustable wrench) dan rachet wrench.

PRESSURE CONTROL


Sistem pengontrolan yang digunakan dalam sistem refrigerasi harus mampu memberikan fungsi proteksi dan pengaman untuk mencegah mesin (sedini mungkin) terhadap bahaya kerusakan fatal. Dalam hal ini sistem kontrol yang digunakan harus mampu mencegah terjadinya suhu tinggi atau suhu yang berlebihan dan bahaya kebakaran. Sebagai contoh High - Low Pressure Control, Oil pressure control, Suction pressure regulator, limit switch, motor overload protection dan smoke detector.
Pengontrolan motor untuk keperluan proteksi dengan memanfaatkan tekanan refrigerant dalam unit pendingin dibedakan :
(i)   Low Pressure Control (LPC), untuk memberi perlindungan terhadap adanya tekanan rendah yang berlebihan dan
(ii)  High Pressure Control (HPC), untuk memberi perlindungan terhadap adanya tekanan tinggi yang berlebihan.
Kedua jenis alat kontrol ini berfungsi seperti thermostat yaitu menjalankan dan menghentikan kompresor pada saat operasi normal atau pada saat terjadi tekanan yang abnormal. Hanya cara kerjanya yang berbeda. Kalau pada thermostat alat sensornya menggunakan sensor duhu sedang pada pressure control menggunakan sensor tekanan. Pada thermostat pergerakan diafragma diakibatkan oleh tekanan gas dari sensing bulb, sedangkan pada pressure control untuk menggerakkan diafragma ini memanfaatkan tekanan dari saluran tekan atau saluran hisap kompresor.
Seperti thermostat, pressure control juga mempunyai titik cut in dan cut out. LPC digunakan untuk menjalankan dan menghentikan kompresor pada kondisi yang normal. Disamping itu dapat juga berfungsi sebagai pengaman kompresor bila terjadi tekanan yang tidak normal. Sedang HPC digunakan sebagai pengaman kompresor untuk melindungi terjadinya tekanan lebih. Pada unit pendingin berskala besar High Pressure Control dapat berfungsi pula sebagai alat pengontrol motor fan kondensor pada beban pendingin yang variable.
Kombinasi dari Low Pressure Control dan High Pressure Control sering pula digunakan pada suatu sistem pengontrolan yang digunakan sebagai pengaman. Meskipun begitu Dual Pressure Control dapat pula digunakan sebagai alat pengontrol kompresor (Operating Switch).
Low Pressure Control
Low Pressure Control digunakan sebagai pengontrol temperatur sekaligus pula sebagai alat pengaman. Bila digunakan sebagai pengaman, LPC ini akan memutuskan rangkaian dan menghentikan kompresor pada saat tekanan hisap (suction pressure) menjadi terlalu rendah. Hal ini bisa disebabkan unit pendingin kekurangan refrigerant, bocor terjadinya bunga es yang tebal di evaporator. Bila tekanan dari saluran hisap ini kembali normal, LPC akan menutup rangkaian dan kompresor akan bekerja kembali. Beberapa LPC dilengkapi dengan reset manual untuk menjaga adanya short cycling karena gangguan pada sistem.
Low Pressure Control dapat pula digunakan sebagai alat pengontrol kompresor pada saat tekanan refrigerant meningkat atau menghentikan kompresor pada saat tekanan hisap meningkat. Jenis ini disebut : Reverse Acting Low Pressure Control, jenis ini biasa digunakan sebagai alat pengaman pada unit dengan suhu yang rendah yang menggunakan electric depost, untuk memutuskan elemen pemanas (electric heater) setelah pencairan bunga es (depost) selesai. Jenis ini dapat juga digunakan sebagai alat kontrol Forced Draft Cooled Fan pada "Cool Rooms", on dan off pada saat temperatur "Cool Rooms" terlalu tinggi.
LPC biasa digunakan sebagai alat pengontrol temperatur pada unit pendingin komersial. Setiap perubahan suhu pada evaporator akan berubah pula tekanan pada saluran hisap kompresor. Jadi LPC dapat digunakan sebagai pengontrol suhu pada ruangan yang didinginkan dengan mengontrol temperatur evaporator.

Misalkan :
Sebuah cool room diinginkan mempunyai suhu 3oC dengan perbedaan 8o TD antara evaporator dan ruangan refrigerant yang digunakan R - 12. Temperatur minimum ruangan diharapkan 2oC. Hitunglah : Cut in dan cut out point.

Penyelesaian :
       Cut in                        =
4oC
Temperatur rata-rata ruangan =
3oC
=
3o - TD
=
3o - (- 8 K)
=
- 5oC
Cut out       = temperatur rata-rata evaporator - TD = - 5oC - 8 K = - 13oC
Karena adanya penurunan tekanan pada saluran hisap, maka tekanan pada saluran hisap masuk kompresor lebih rendah dari pada tekanan evaporator. Penurunan tekanan ini harus diperhitungkan dalam menentukan cut out pressure. Sedangkan cut in pressure tidak dipengaruhi oleh penurunan tekanan ini, karena penurunan tekanan pada saluran hisap ini merupakan fungsi dari kecepatan aliran refrigerant.
Karena LPC ini berfungsi untuk mengatur suhu evaporator, maka akan sangat ideal sekali bila digunakan pada sistem yang menggunakan "Off cycle deposting". Pada ruangan yang bersuhu di atas 0oC, suhu evaporator akan meningkat dengan cepat pada saat "Off cycle". (Pada saat defrost).
High Pressure Control
HPC biasanya digunakan sebagai alat pengaman kompresor pada saat terjadi gangguan tekanan yang berlebihan. HPC akan menghentikan kompresor pada saat tekanan pada saluran tekan terlalu tinggi. Hal ini dilakukan untuk melindungi katup-katup kompresor dan juga untuk melindungi motor dari beban yang berlebihan.
Bila tekanan saluran tekan (discharge) meningkat melebihi tekanan yang diizinkan, HPC akan terbuka dan memutuskan rangkaian sehingga kompresor berhenti. Bila tekanan turun kembali ke harga normal, HPC tertutup dan kompresor bekerja kembali.
Beberapa jenis HPC dilengkapi dengan tombol reset manual sehingga kompresor tidak dapat bekerja kembali sebelum tombol reset ditekan. Hal ini digunakan sebagai pengaman. Jadi Anda jangan melakukan reset sebelum mengetahui penyebab terjadinya tekanan lebih pada saluran tekan.
HPC biasa digunakan pada sistem komersial dan juga industri. Karena suhu kondensing dan tekanan kondensing untuk bermacam-macam refrigerant berlainan, maka cut in dan cut out pressure tergantung dari refrigerant yang digunakan, jenis kondensor dan ambient temperatur dari sistem. Disamping untuk mengontrol kompresor, HPC dapat juga digunakan sebagai pengontrol Fan Condensor, pompa air condensor dan selenoid valve. Reverse acting HPC akan menutup kontaknya pada saat tekanan meningkat. Sedangkan HPC akan membuka kontaknya pada saat tekanan meningkat. Reverse acting HPC digunakan untuk menjaga suhu condensing yang minimum. Sistem pengontrolan ini biasanya diterapkan pada area dimana ambient temperatur di bawah condensing temperatur.

Fungsi Kontrol Sistem Refrigerasi dan Tata Udara


Suatu unit air conditioning memerlukan sistem pengontrolan secara otomatik agar dapat beroperasi dengan efektif dan aman serta ekonomis sesuai kebutuhan.
Pada prinsipnya sistem pengontrolan ini harus mampu memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk keperluan otmatisasi proses meliputi tiga kategori fungsi sebagai berikut, yaitu
(I) fungsi mengatur dan mengontrol kondisi ruang (space),
(ii) fungsi proteksi dan perlindungan,
(iii) fungsi operasi yang ekonomis.

1. Fungsi mengatur kondisi ruang

Agar sistem pengontrolan yang digunakan dapat melaksanakan fungsi ini maka diperlukan alat deteksi dan aktuasi yang akan memonitor kondisi ruang setiap saat melalui berbagai alat deteksi yang digunakan dan kemudian mengadakan pengaturan seperlunya untuk mencapai kondisi yang diinginkan melalui peralatan aktuasi yang digunakan. Peralatan deteksi dan aktuasi tersebut antara lain thermostat, humidistat, damper, katub dan relai). Peralatan tersebut dapat beroperasi secara elektrik dengan menggunakan energi listrik, dapat pula secara pnumatik menggunakan kekuatan udara tekan dan secara elektronik dengan menggunakan bahan semi konduktor dan mikroelektronik berbasis komputer. Peralatan deteksi dan aktuasi yang digunakan akan berkolaborasi untuk menjaga kondisi suhu dan kelembaban udara ruang senantiasa tetap berada pada titik tertentu sesuai keinginan dan perencanaan. Variable yang dideteksi dan dikontrol meliputi suhu, tekanan, jumlah udara dan kualitas udara, refrigeran dan uap air. Selain itu juga harus dapat mengontrol siklus kompresor ,burner (boiler) atau heater secara pasti (ON/OFF) sesuai kebutuhan beban. 

2. Fungsi Proteksi dan Perlindungan

Sistem pengontrolan yang digunakan harus mampu memberikan fungsi proteksi dan pengaman untuk mencegah mesinnya sedini mungkin terhadap bahaya kerusakan fatal. Dalam hal ini sistem kontrol yang digunakan harus mampu mencegah terjadinya suhu tinggi atau suhu yang berlebihan dan bahaya kebakaran. Sebagai contoh Oil pressure control, Suction pressure regulator, limit switch, motor overload protection dan smoke detector.

3. Fungsi Operasi Ekonomis

Sistem kontrol yang digunakan harus mampu menjaga operasi mesin pada tingkat yang paling ekonomis dengan mengatur konsumsi energi yang digunakan pada waktu ke waktu disesuaikan dengan kebutuhan beban. Misalnya konsumsi air, bahan bakar atau tenaga listrik yang dikonsumsi pada saat beban air conditioning turun di bawah desain nominalnya. Untuk itu kompresornya harus dilengkapi dengan sistem kontrol kapasitas misalnya dengan menggunakan alat yang disebut : Auto Unloader, Hot gas Bypass, damper dan step controller. Pada gedung-gedung bertingkat tinggi untuk pemakaian komersial sering menggunakan sistem kontrol dengan mikrokontroler yang berbasis komputer (Building Automation System) untuk keperluan peningkatan upaya konservasi (hemat) energi. Kontrol yang terpogram melalui perangkat komputer (misalnya dengan PLC atau Programmable Logic Control) sering digunakan untuk mengontrol dan memonitor kondisi ruang demi ruang setiap saat untuk menghasilkan operasi sistim yang ekonomis tanpa mengurangi kebutuhan kualitas yang diperlukan. Menurut aksi spesifik yang dilakukan maka fungsi sistem kontrol dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu sebagai pengontrol Starting, pengontrol operasi dan pengontrol kondisi ruang.

4. Fungsi Starting/Stopping

Pengontrol starting dapat berupa sistem kontrol tunggal (operasi on/off) tidak tergantung sistem lainnya atau dapat berupa operasi sekuen yang melibatkan lebih dari sistem aktuasi (misalnya motor kompresor, pompa air dan fan) secara interlock.

5. Fungsi Pengontrol Operasi

Pengontrol operasi pada prinsipnya mongontrol operasi mesin pada tingkat yang paling efektif dan aman. Sistem kontrol ini dapat mencegah mesin dari bahaya kerusakan fatal dengan melindunginya terhadap adanya suhu dan tekanan yang berlebihan dan bahaya kebakaran. Sistem kontrol ini dapat berfungsi sebagai pengontrol kapasitas pada saat mesin sedang bekerja atau pada saat starting sehingga diperoleh operasi yang ekonomis. Misalnya High - Low Pressure control, time delay relay, freeze protection, temperature limit control dan compressor capacity control.

6. Fungsi Pengontrol Kondisi Ruang

Pengontrol ini berfungsi sebagai pengatur kondisi ruang. Sistm kontrol yang digunakan harus mampu mendeteksi kondisi di dalam ruang dari waktu ke waktu meliputi suhu, tekanan dan kelembaban udara dalam ruang dan selanjutnya melakukan berbagai pengaturan untuk menjaga kondisi ruang tetap berada pada batas-batas perencanaannya.

Sistem Kontrol untuk AC rumah tinggal (residental)

Air conditioner untuk keperluan rumah tinggal (residental system) biasanya hanya memerlukan sistem kontrol yang sederhana, yaitu switch manual yang dipadu dengan room thermostat dan timer switch untuk mengontrol suhu ruang. Peralatan kontrol lainnya baik untuk starting maupun untuk operasional biasanya merupakan bagian integral dari unitnya sesuai desain pabrikannya. Unit kontrol untuk starting diatur oleh thermostat yang akan mengoperasikan suatu relai atau kontaktor. Relai atau kontaktor tersebut kemudian akan memberi penguatan kepada unit aktuasinya misalnya kompresor, fan, katup dan pompa. Sedang unit kontrol operasinya akan memberikan fungsi proteksi terhadap adanya suhu dan tekanan yang abnormal baik pada sisi tekanan rendah atau tekanan tingginya. Ada pula peralatan kontrol lain yang kadankala ditambahkan oleh pabrikannya yang bertujuan lebih memberikan fungsi kenyamanan dan kemudahan pemakainya.

Berikut ini diberikan beberapa konfigurasi sistem kontrol yang banyak digunakan :
(i) Kombinasi sistem kontrol untuk operasi cooling dan heating yang diterapkan pada unit AC Split dengan
    menggunakan selector switch manual. Thermostatnya dilengkapi dengan timer switch agar dapat
    mengontrol operasi sistem sesuai waktu yang diinginkan misalnya pada waktu malam hari (night set back)
    dan slanjutnya dapat kembali ke operasi day time.
(ii) Kombinasi sistem kontrol yang lebih lengkap untuk operasi cooling dan heating yang menggunakan
     pengaturan 3 posisi, yaitu “On - Off - Auto”.
(iii) Humidistat yang dikombinasikan dengan humidifyer untuk menjaga tingkat kelembaban relatif udara tetap
      berada pada batas-batas perencanaannya.

Sistem Kontrol AC Komersial

Seperti halnya pada AC residental, unit AC komersial berskala rendah dan sedang yang umumnya didesain dalam bentuk unit paket (packaged system) juga menggunakan switch manual yang dipadu dengan thermostat untuk mengontrol operasi cooling dan heating. Unit kontrol operasinya terdiri dari High - Low Pressure Protection, Motor Winding Protection, Time Delay Relay, Head Pressure Control dan Burner Control.

Sistem Kontrol untuk Central Station

Untuk menangani kebutuhan ruang yang dikondisi pada bangunan besar dan bertingkat biasanya lebih ekonomis bila menggunakan Central Station. Suatu central ststion dapat dibangun baik dengan sistem langsung (direct expansion refrigerant) atau dengan sistem tak langsung (chilled water) untuk memenuhi kebutuhan operasi coolingnya. Pada sistem ini biasanya dilengkapi pula dengan boiler yang memproduksi uap untuk keperluan heating ataupun untuk keperluan humidifying.
Operasi cooling dan heating dapat dikontrol secara manual ataupun otomatik bahkan full automatic, terprogram yang berbasis komputer. Air Handling Unit (AHU) yang mengatur distribusi udara ke ruang dilengkapi dengan damper untuk mengatur jumlah aliran udara, baik udara kembali atau udara luar dan dilengkapi pula dengan berbagi katub untuk mengatur chilled water atau uap. Damper dan katub dikontrol oleh alat deteksi suhu yang terletak di dalam ruang atau di dalam duct. Biasanya kompresornya dilengkapi dengan sistem pengontrol kapasitas yang berupa sistem auto Unloader atau dengan sistem Hot Gas Bypass. Semua peralatan kontrolnya bekerja secara interlock untuk menghasilkan operasi otomatik. Biasanya peralatan kontrolnya dipilihkan dari sistem pnumatik yang menggunakan udara tekan sebagai tenaga penggeraknya.
Dilihat dari cara peralatan kontrol itu bekerja dan dari jenis tenaga yang digunakan, maka peralatan kontrol dapat dibedakan menjadi 4 klasifikasi, yaitu:
(i) sistem kontrol elektrik,
(ii) sistem kontrol pnumatik,
(iii) sistem kontrol elektronik,
(iv) sistem kontrol fluidik.
Banyak sistem kontrol yang menggunakan kombinasi dari sistem tersebut di atas. Misalnya sistem pendeteksiannya menggunakan sistem elektronik sedang sistem aktuasinya menggunakan sistem elektrik untuk mengontrol damper atau katub. Atau adapula suatu controller yang menggunakan sistem fluidik dan aktuasi damper menggunakan sistem pnumatik. Kontrol starting dan sebagian besar kontrol operasi banyak menggunakan sistem elektrik.

Brazing dan Perlengkapan Las Asitilin


Brasing adalah penyambungan dua buah logam atau lebih, baik itu logam sejenis maupun tidak sejenis dengan menggunakan bahan tambah yang titik cairnya jauh lebih rendah dibanding dengan titik cair logam yang akan disambung dengan menggunakan temperature yang rendah. Brasing dapat pula disebut soldering. Welding adalah penyambungan dua buah logam atau lebih baik itu logam sejenis maupun yang tidak sejenis dengan menggunakan alat pemanas yang temperaturnya sangat tinggi sehingga dapat mencairkan kedua logam tersebut dan dapat menyatukan kedua logam tersebut.

Perlengkapan untuk brasing maupun untuk welding pada dasarnya sama, hanya berbeda pada proses pengerjaannya saja, karena yang banyak dihadapi dalam pekerjaan mesin pendingin adalah pekerjaan brasing maka untuk kesempatan ini kita mencoba membahas bagaimana cara-cara melakukan proses brasing tersebut. Dimana cara penyambungan pipa dengan system brasing ini akan relatif lebih murah jika dibandingkan dengan istem flaring,terlebih jika pipa yang akan dikerjakan/disambung berdiameter di atas ¾ “, dimana untuk ukuran ini system flaring sudah tidak praktis lagi untuk digunakan.
Pada umumnya sumber panas yang digunakan untuk brasing maupun welding adalah sama yang berasal dari hasil pembakaran bahan campuran Oksigen – Asetilin (Oxigen-acetylene) yang dikemas dalam tabung yang berbeda,
Hal yang harus diperhatikan/dipahami adalah mengetahui fungsi¬fungsi dan langkah-langkah pengoperasian dari alat-alat tersebut di atas. Perlengkapan Las oksiasetilin terdiri dari:

a.Silinder Asetilin
Silinder asetilin adalah tabung yang terbuat dari logam baja yang didalamnya selain berisi gas asetilin juga berisi bahan berpori seperti kapas, sutra tiruan, atau asbes yang berfungsi sebagai penyerap aseton yang merupakan bahan dimana asetilin dapat larut dengan baik dan aman dibawah pengaruh tekanan.
Botol ini dapat berisi antara 40-60 liter gas asetilin. Bentuk botol pendek gemuk. Tekanan isinya mencapai 15 kg/cm. Untuk membuka katupnya digunakan kunci sok. Baut dan mur pengikatnya menggunakan system ulir kiri. Warna botol merah
Petunjuk dalam praktek :
1.Hindarkan botol asetilin ini dari botol oksigen
2.Lindungi botol asetilin ini dari terik matahari dan panas
3.Usahakan jangan sampai jatuh atau kejatuhan benda lain
4.Hindarkan dari tempat-tempat yang berminyak
5.Pemakaian gas harus selalu melalui regulator
6.Bukalah regulatornya bila tidak digunakan
7.Jangan merubah tanda-tanda yang ada pada regulator
8.Tempatkan silinder ini berdiri tegak
9.Bila silinder asetilin tiba-tiba menjadi panas, segeralah tutup katup
silindernya, kemudian siramlah dengan air sampai dingin
10.Dilarang merokok selama berdekatan dengan asetilin

b.Silinder oksigen
Silinder oksigen terbuat dari bahan baja. Bentuknya tinggi langsing. Mempunyai tekanan isi maksimum 150 kg/cm. Baut serta mur pengikatnya adalah ulir kanan. Botol ini berisi zat asam (O2) sekitar 40 – 60 liter. Warna botol biru atau hitam.
Petunjuk dalam praktek :
1.Jauhkan silinder oksigen dengan silinder asetilin
2.Tutuplah katup silinder oksigen ini, buang gasnya hingga manometer tekanan kerja
menunjukan angka nol, bila pengelasan telah selesai atau istirahat.
3.Ikatlah silinder oksigen ini dengan kokoh pada kereta dorong waktu dipindah-
pindahkan
4.Bukalah dahulu regulatornya dari sislinder oksigen, Bila terpaksa memindahkan
oksigen tanpa kereta
5.Bersihkanlah tempat kerja pada radius kurang lebih 8 meter sebelum memulai
kegiatan mengelas
6.Tempatkan alat pemadam kebakaran pada tempat yang mudah dicapai.
c.Regulator silinder gas

Regulator merupakan perlengkapan silinder las dan pengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja yang tetap besarnya sesuai yang dikehendaki oleh operator las.
Pada regulator terdapat 2 (dua) buah alat pengukur tekanan : manometer tekanan isi dan manometer tekanan kerja.
Tekanan isi sampai 30 kg/cm, Tekanan kerja sampai 3 kg/cm

e.Nyala api las
Memilih atau menentukan nyala api las yang dipergunakan merupakan bagian yang penting pada pengelasan dengan asetilin. Pembakaran yang telah terjadi dapat menimbulkan nyala api yang berbeda beda bentuk dan warnanya. Pada praktek pengelasan ada 3 (tiga) jenis nyala api yang dipergunakan, yaitu :
1.Nyala karburasi
Nyala karburasi adalah nyala api las yang berlebihan asetilinnya. Nyala api ini
dipergunakan pada proses pengelasan batang- batang permukaan yang keras.
2.Nyala Netral
Nyala api dimana pengaturan pengeluaran oksigen dan asetilin seimbang. Nyala api
ini sering dipergunakan pada pengelasan : baja, baja tahan karat, aluminium dan
tembaga.
3.Nyala oksidasi
Nyala api las yang berlebihan zat asamnya. Nyala oksidasi ini dapat terjadi dengan
mengurangi pengeluaran asetilin setelah nyala netral. Nyala api ini biasa
dipergunakan untuk pengelasan kuningan atau perunggu

Perlengkapan Las
Perlengkapan las Oxy – Acetylene tekanan tinggi yang terdiri dari
1.Tabung asetilin
2.Tabung Okigen
3.Pipa hembus dengan pipa pancarnya
4.Regulator tekanan asetilin
5.Regulator tekanan oksigen
6.Pipa karet atau selang (house)
7.Satu set kunci ring/kunci sok
8.Kaca mat alas
9.Pemantik/penyulut api (flint lighter)
10.Batang kawat las
11.Fluks (borak)
12.Trolly (roda dorong)

Perakitan peralatan Las dan Pengoperasiannya
1.Simpanlah kedua tabung pada roda secara tegak lurus, dimana tabung hitam adalah tabung Oksigen dan tabung berwarna merah bata adalah tabung asetilin
2.Pasanglah ujung-ujung pipa karet/slang pada pipa hembus dan ujung yang lainnya pasangkan pada regulator. Ikatlah dengan menggunakan klem pengikat, dimana selang yang berwarna merah untuk asetilin dan selang berwarna hitam atau hijau untuk saluran oksigen.
3.Bersihkan permukaan ulir cylinder valve dan regulator yang akan disambung dari kotoran oli atau gemuk
4.Bukalah kran pada tabung oksigen sedikit saja untuk mengeluarkan kotoran yang ada pada saluran, begitu pula untuk tabung asetilin lalu tutup kembali
5.Pasanglah regulator oksigen pada tabung oksigen dengan catatan bahwa ulir sekrup regulator oksigen adalah ulir kanan
6.Pasanglah regulator asetilin pada tabung asetilin dengan catatan bahwa ulir sekrup regulator asetilin adalah ulir kiri
7.Keraskan dengan menggunakan kunci, lalu periksalah semua kran atau valve semuanya harus dalam keadaan tertutup
8.Pasanglah pipa pancar sesuai kebutuhan.
9.Bukalah kran tabung secara perlahan-lahan satu putaran saja, agar tidak merusak meter regulator, ini berlaku untuk kedua tabung tersebut, maka disini akan terlihat meter regulator menunjukan isi/volume tabung itu sendiri
10.Aturlah kran regulator asetilin maupun oksigen secara perlahan-lahan sehingga didapatkan tekanan yang sesuai dengan kebutuhan dengan melihat meter tekanan saluran keluar. Untuk kran regulator oksigen maupun asetilin untuk membuka saluran arah putaran kanan dan menutup arah putaran kiri.
11.Bukalah kran asetilin dan oksigen yang ada pipa hembus (blow pipe) sedikit saja, lalu nyalakan dengan menggunakan penyulut api
12.Setelah menyala aturlah nyala apinya dengan mengatur lagi kran yang ada di pipa hembus, sehingga didapatkan nyala api yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun bentuk nyala api yang ada pada systim pengelasan adalah ada 3 (tiga) jenis, sebagai berikut : Nyala oksidasi, Nyala Netral dan Nyala karburasi.
13.Pengelasan siap untuk dikerjakan dan jangan lupa memakai kacamata las untuk pengaman
14.Jika pengelasan telah selesai, matikanlah nyala api dengan menutup kran asetilin yang ada pada pipa hembus terlrbih dahulu setelah itu baru tutup kran oksigen
15.Tutuplah keran yang ada pada kedua tabung, lalu bukalah kran yang ada pada pipa hembus untuk mengeluarkan asetilin dan oksigen yang tersisa.
16.Tutuplah semua kran yang ada
17.Bukalah regulator dari tabungnya
18.Gulung kembali selang supaya rapih dan simpan semua peralatan pada tempatnya.

Cara Pengelasan (brasing)
Brasing (penyolderan) adalah salah satu cara penyambungan 2 (dua) buah logam atau banyak yang sejenis maupun tidak sejenis dengan menggunakan bahan tambah yang titik cairnya jauh lebih rendah dibanding logam yang akan disambungnya, jadi brasing dapat juga disebut pengelasan dengan alat pemanas dengan temperature rendah. Untuk pengelasan pipa tembaga bahan tambah yang digunakan adalah kawat las silver, untuk pengelasan penyambungan besi atau baja misalnya untuk kondensor digunakan kawat las kuningan, untuk menyambung bahan aluminium digunakan kawat las platinum 52.

Cara pengelasan pipa:
1.Bersihkanlah kedua ujung bagian pipa yang akan disambung dari kotoran baik itu oli dan kotoran lainnya dengan menggunakan kertas ampelas dan kain kering,
2.Ujung pipa yang telah dibersihkan tadi taburlah dengan borak/fluks yang sesuai dengan jenis bahan tambah/kawat las yang akan dipergunakan.
3.Masukanlah ujung pipa yang telah dilabur tadi ke dalam lubang pipa yang satunya (socket) secara tepat dan benar¬benar lurus seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut.
4.Lakukan pengelasan dengan nyala api yang sesuai. Untuk penyambungan pipa tembaga digunakan nyala netral (netral flame), adapun cara pemanasannya dimana nyala apinya jangan terlalu dekat dengan benda yang akan di las kira-kira 1 s.d. 2 cm dengan sudut kemiringan kira-kira 30 s.d. 40 derajat dari benda kerja. Lakukanlah pemanasan yang merata pada semua bidang. Jika pemanasannya sudah merata (ditandai perubahan warna pipa tembaga menjadi berpijar kemerah¬merahan) berilah bahan tambah pada salah satu titik saja di tepi sambungan. Dimana jika pemanasannya baik maka bahan tambah tadi akan mengalir ke seluruh bidang yang akan dilas. Khusus untuk penyambungan aluminium dengan bahan tambah platinum 52, fluks yang telah dilaburkan pada permukaan ujung pipa yang akan di las tidak boleh terkena nyala api (flame) secara langsung, dan dipergunakan nyala api dengan suhu yang rendah dengan menggunakan pipa hembus yang kecil. Atau pembakarnya bisa diganti dengan menggunakan Brander torch.
5.Setelah selesai pengelasan dinginkan pipa dengan menggunakan kain basah dan bersihkanlah dengan menggunakan kain lap seperti halnya diperlihatkan dibawah ini.



Keselamatan Dalam Pekerjaan Welding
Pekerjaan welding melibatkan gas yang mudah terbakar, logam yang sangat panas, dan factor lain yang mana diperlukan pengkajian/pemahaman aturan dasar keselamatan dan karenanya hal yang berbahaya bagi seseorang harus kita hindari yang dapat menimbulkan kerugian dan kerusakan pada peralatan.
Ketika suatu kecelakaan terjadi saat melakukan pengelasan peralatan, berkaitan dengan operator yang teledor/kurang hati-hati dalam menangani suatu pekerjaan.
Prosedur yang harus dilakukan saat mengelas adalah :
1.Gunakan kacamata las
2.Nyalakan mulut brander menggunakan penyulut api/batu api secara hati-hati dengan
tidak bersentuhan langsung.
3.Jangan meneteskan minyak pelumas di atas silinder atau regulator, ini dapat
menimbulkan ledakan.
4.Selalu memelihara peralatan dalam keadaan baik. Gantilah pipa karet yang sudah
rusak, memakai peralatan yang dalam keadaan rusak sangat berbahaya.
5.Meyakinkan semua komponen adalah baik dan melihat kemungkinan kebocoran gas.
Jangan menggunakan nyala api untuk menguji kebocoran.
6.Tidak menggunakan tekanan gas oksigen untuk membersihkan debu yang menempel pada
pakaian atau benda kerja.
7.Memastikan bahwa daerah kerja cukup berventilasi, meskipun demikian tidak
diperlukan sirkulasi udara berlebihan

Dikarenakan temperature tinggi diperlukan pada saat pengelasan dengan perak (silver), nyala api harus diarahkan jauh dari solenoida, shutt-off valves, driers dan peralatan lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan tersebut akibat pemanasan berlebih. Lepaskan terlebih dahulu komponen-komponen yang sensitive/mudah rusak akibat pemanasan tersebut.

REFRIGERANT DAN SIFATNYA

Refrigeran adalah suatu medium yang fungsinya sebagai pengangkut panas, sehingga panas tersebut diserap dari evaporator ( temperatur rendah ) dan dilepaskan ke kondensor ( temperatur tinggi ).

Pemilihan refrigeran pada mesin pendingin merupakan faktor yang menentukan karena dapat mempengaruhi efisiensi dari mesin itu sendiri. Unit-unit refrigerasi banyak dipergunakan untuk daerah temperatur yang luas, dari unit untuk keperluan pendinginan udara sampai refrigerasi. Untuk unit refrigerasi tersebut diatas, hendaknya dapat dipilih jenis refrigeran yang paling sesuai dengan jenis kompresor yang dipakai dan karakteristik thermodinamikanya yang antara lain meliputi temperatur penguapan dan tekanan penguapan serta temperatur pengembunan dan tekanan pengembunan.

Sifat-Sifat Refrigeran yang Wajib
a. Tekanan penguapan harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki temperatur pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator dan turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi.
b. Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi. Apabila tekanan pengembunannya terlalu rendah, maka perbandingan kompresinya menjadi lebih rendah, sehingga penurunan prestasi kondensor dapat dihindarkan, selain itu dengan tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih aman karena kemungkinan terjadinya kebocoran, kerusakan, ledakan dan sebagainya menjadi lebih kecil.
c. Kalor laten penguapan harus tinggi. Refrigeran yang mempunyai kalor laten penguapan yang tinggi lebih menguntungkan karena untuk kapasitas refrigerasi yang sama, jumlah refrigeran yang bersirkulasi menjadi lebih kecil.
d. Volume spesifik ( terutama dalam fasa gas ) yang cukup kecil. Refrigeran dengan kalor laten penguapan yang besar dan volume spesifik gas yang kecil ( berat jenis yang besar ) akan memungkinkan penggunaan kompresor dengan volume langkah torak yang lebih kecil. Dengan demikian untuk kapasitas refrigerasi yang sama ukuran unit refrigerasi yang bersangkutan menjadi lebih kecil. Namun, untuk unit pendingin air sentrifugal yang kecil lebih dikehendaki refrigeran dengan volume spesifik yang agak besar. Hal tersebut diperlukan untuk menaikkan jumlah gas yang bersirkulasi, sehingga dapat mencegah menurunnya efisiensi kompresor sentrifugal.
e. Koefisien prestasi harus tinggi. Dari segi karakteristik thermodinamika dari refrigeran, koefisien prestasi merupakan parameter yang terpenting untuk menentukan biaya operasi.
f. Konduktivitas termal yang tinggi. Konduktivitas termal sangat penting untuk menentukan karakteristik perpindahan kalor.
g. Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas. Dengan turunnya tahanan aliran refrigeran dalam pipa, kerugian tekanannya akan berkurang.
h. Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar, serta tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik. Sifat-sifat tersebut dibawah ini sangat penting, terutama untuk refrigeran yang akan dipergunakan pada kompresor hermetik.
i. Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai, jadi juga tidak menyebabkan korosi.
j. Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau merangsang.
k. Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak.
l. Murah. ekonomis

Sebaiknya refrigeran menguap pada tekanan sedikit lebih tinggi dari pada tekanan atmosfir. Dengan demikian dapat dicegah terjadinya kebocoran udara luar masuk sistem refrigeran karena kemungkinan adanya vakum pada seksi masuk kompresor (pada tekanan rendah). Selain itu dapat dicegah turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi, yang dapat disebabkan karena berkurangnya tekanan dibagian tekanan rendah. Itulah sebabnya mengapa titik didih refrigeran merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Boleh dikatakan bahwa refrigeran yang memiliki titik didih rendah biasannya dipakai untuk keperluan operasi pendinginan temperatur rendah (refrigerasi), sedangkan refrigeran yang memiliki titik didih tinggi digunakan untuk keperluan pendinginan temperatur tinggi (pendinginan udara). Jadi titik didih refrigeran merupakan indikator yang menyatakan apakah refrigeran dapat menguap pada temperatur rendah yang diinginkan, tetapi pada tekanan yang tidak terlalu rendah. Dari segi termodinamika R12, R22, R500, R502, ammonia dan sebagainya dapat dipakai untuk daerah temperatur yang luas, dari keperluan pendinginan udara sampai ke refrigerasi.

Butir Soal :

1. Apakah yang dimaksud dengan refrigeran

2. Sebutkan sifat-sifat dari refrigeran

3. Sebutkan refrigeran yang termasuk dalam golongan CFC

4. Apa yang dimaksud dengan ODP

5. Sebutkan peralatan yang dipakai untuk Mengisi Refrigeran

KELOMPOK REFRIGERANT

Senyawa kimia sintetis yang tidak beracun dan tidak mudah terbakar disebut halogenated hydrocarbon, atau lebih sederhananya disebut dengan halocarbons, dimana penggunaannya hanya untuk kepentingan sistem pendinginan kompresi uap untuk kenyamanan sistem pengkondisian udara semenjak tahun 1986. Disebabkan oleh Chlorofluorcarbons (CFCs) menipiskan lapisan ozon dan pemanasan global, dan ini harus dihindari.

Klasifikasi utama dari refrigeran adalah :

o Hydroflurocarbons (HFCs). Hanya berisi atom hydrogen, fluorine dan carbon, tidak menyebabkan lapisan ozon menipis. Kelompok HFCs adalah : R134a, R32, R125, dan R245ca.

o HFCs campuran azeotropic atau HFCs azeotropic. Azeotropic adalah suatu zat campuran multi komponen dari refrigeran yang mudah menguap dan mengembun dan tidak berubah komposisi volumetriknya atau temperatur jenuh jika zat tersebut menguap atau mengembun pada tekanan konstan. HFCs azeotropic dapat bercampur dengan refrigeran HFCs. ASHRAE menetapkan angka antara 500 dan 599 untuk azeotropic. HFCs azeotropic R507, campuran dari R125/R143, biasa dipergunakan untuk refrigeran pada sistem pengkondisian udara kompresi uap temperatur rendah.

o HFCs hampir berupa azeotropic. Adalah campuran refrigeran yang karakteristiknya hampir berupa azeotropic. Sebab perubahan komposisi
volumtrik atau temperatur jenuh cukup kecil untuk mendekati azeotropic, seperti yang demikian, pada temperatur 1 – 2 oF, dan itu dinamakan HFCs mendekati azeotropic. ASHRAE menetapkan angka antara 400 dan 499 untuk zeotropic. R404A (R125/R134a) dan R407B(R32/R125/R134a) adalah kelompok yang mendekati HFCs azeotropic. Refrigeran ini secara luas digunakan pada sistem pendingin kompresi uap.

Zeotropic atau nonazeotropic, termasuk kedalamnya hampir berupa azeotropic, seharusnya menunjukkan perubahan komposisi pada perbedaan antara cairan dan phase uap, kebocoran atau kehilangan, perbedaan antara isi dan sirkulasi. HFCs mendekati azeotropic memiliki gerakan yang lambat dari pada zeotropic. Titik pertengahan antara titik embun dan titik gelembung seringkali diambil sebagai campuran refrigeran selama temperatur penguapan dan pengembunan berlangsung.

o Hydrochlorofluorocarbons (HCFCs) dan Zeotropic. HCFCs mengandung atom hydrogen, chlorine, fluorine, dan carbon dan tidak sepenuhnya halogeneted. HCFCs memiliki waktu yang lama untuk hidup di atmosfir
(selama hampir satu dasawarsa atau sepuluh tahun) sehingga dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon (ODP 0,02 – 0,1). R22, R123, R124 dan seterusnya adalah kelompok HCFCs. HCFCs secara umum dimana-mana selalu digunakan. HCFCs hampir berupa azeotropic dan HCFCs zeotropic adalah campuran dari HCFCs dengan HFCs. Kelompok refrigeran ini penggunaannya dibatasi sampai tahun 2004.

o Campuran inorganic. Campuran ini digunakan pada tahun 1931, seperti ammonia R717, water R718 dan udara R729. Kelompok ini masih digunakan karena tidak mengakibatkan tipisnya lapisan ozon. Amoniak hanya digunakan untuk keperluan industri saja karena sifat beracun dan mudah terbakar dilarang untuk digunakan secara umum. Campuran inorganic oleh ASHRAE ditetapkan dengan nomor 700 dan 799.

o Chlorofluorocarbons, Halon dan Azeotropic.
CFCs hanya memiliki kandungan atom chlorine, fluorine dan carbon. CFCs memiliki waktu yang lama untuk hidup di atmosfir dan menyebabkan tipisnya lapisan ozon (ODP 0,6 – 1). Kelompok refrigeran ini adalah : R11, R12, R113, R114, R115 dan sejenisnya. Halon atau BFCs terdiri dari atom bromide, fluorine dan carbon. Termasuk kedalam kelompok ini adalah : R13B1 dan R12B1. Jenis ini sangat tinggi untuk merusak dan mengakibatkan tipisnya lapisan ozon (ODP untuk R13B1 adalah 10). Sejak tahun 1995, R13B1 digunakan untuk sistem pengkondisi udara kompresi uap dengan temperatur yang sangat rendah.

MOTOR LISTRIK BOLAK - BALIK (AC)


Konstruksi dasar sebuah motor listrik terdiri dari dua bagian pokok yaitu bagian yang tetap (stator) dan bagian yang bergerak/beputar (rotor). Bagian stator pada motor listrik terdiri dari pasangan kutub magnet, yakni kutub Utara dan kutub Selatan. Pada umumnya kutub magnet pada sebuah motor adalah kutub magnet buatan yang dibuat berdasarkan prinsip kerja elektromagnetik.

Untuk keperluan tersebut pada stator motor listrik terdapat kumparan untuk mengalirnya arus listrik kemagnetan. Oleh karena itu kumparan tersebut disebut kumparan kemagnetan (magnetic winding). Arus listrik yang mengalir pada kumparan kemagnetan akan membentuk fluks magnetik utama. Kumparan kemagnetan disini disebut juga kumparan stator karena terletak pada stator motor. Bagian rotor pada motor listrik terdiri dari kumparan yang dialiri oleh arus listrik dari luar dan oleh karena itu disebut kumparan tegangan (voltage winding). Arus listrik yang mengalir pada kumparan tegangan akan membentuk arah fluks magnetik bantu. Kumparan tegangan disini disebut juga kumparan rotor karena terletak pada rotor motor.

Kumparan rotor pada motor listrik arus bolak balik memperoleh tegangan atau arus listrik berdasarkan jumlah fasa tenaga listrik yang digunakan. Oleh karen itu motor listrik arus bolak balik dikenal 2 jenis motor listrik yakni motor listrik satu fasa dan motor listrik tiga fasa.

A. Motor Listrik AC 1 fasa

Pada motor listrik AC 1 fasa, rotornya terletak dalam medan magnetik yang berubah-ubah (bergerak) sehingga pada rotor terbentuk tegangan induksi. Tegangan induksi menimbulkan arus listrik pada batang-batang rotor. Arus induksi pada rotor menimbulkan medan magnetik terbentuk disekitar rotor R. Karena adanya fenomena interaksi antara medan magnetik utama M yang berputar dan medan magnetik terbentuk disekitar rotor R maka rotor akan berputar.

Pada saat kondisi pengasutan (starting), interaksi kedua medan magnetik (magnetik utama M yang berputar dan medan magnetik R terbentuk disekitar rotor) belum mampu menyebabkan berputarnya rotor. Untuk itu, diperlukan medan magnetik bantu Aux yang fasanya berbeda fasa dengan medan magnetik M. Secara teoritis, diharapkan kedua medan magnetik tersebut berbeda fasa 90°.

Untuk menghasilkan medan magnetik yang berbeda fasa tentunya diperlukan dua arus listrik bolak balik yang berbeda fasa. Oleh karena itu, kumparan stator terdiri dari dua bagian yang masing-masing disebut kumparan stator utama ZM dan kumparan stator bantu ZAux. Pada masing-masing kumparan mengalir kuat arus listrik utama IM dan kuat arus listrik bantu IAux. Masing-masing arus akan membentuk medan magnetik.

Listrik arus bolak balik yang dipasok pada motor adalah listrik arus bolak balik berfasa satu sedangkan pada kumparan stator diharapkan terbentuk dua listrik arus bolak balik yang berbeda fasa 90°. Untuk memenuhi kondisi ini, secara praktis dapat dilakukan dengan dua cara, yakni menggunakan kapasitor dan menggunakan rangkaian penggeser fasa (split phase).

1. Motor Kapasitor

Motor kapasitor (capacitor motor) adalah motor satu fasa yang menggunakan kapasitor sebagai penggeser fasa arus listrik bantu IAux . Kapasitor C dipasang pada rangkaian kumparan bantu dan dipasang secara seri dengan kumparan bantu ZAux. Besar impedansi kumparan bantu ZAux sama besar dengan impedansi kumparan utama ZM.

2. Motor Penggeser Fasa

Motor penggeser fasa (split phase motor) adalah motor satu fasa yang menggunakan kumparan Bantu ZAux sebagai penggeser fasa arus listrik bantu IAux. Besar impedansi kumparan bantu ZAux tidak sama besar dengan impedansi kumparan utama ZM.

B. Motor Listrik AC 3 fasa

Pada dasarnya, motor listrik tiga fasa memiliki 3 (tiga) kumparan stator yang terpisah satu dengan lainnya. Masing-masing kumparan stator terdiri atas satu ujung masuk dan satu ujung keluar. Oleh karena itu, secara keseluruhan pada sebuah motor litrik tiga fasa terdapat 6 (enam) ujung sisi kumparan stator.
• Kumparan Z1 mempunyai ujung masuk U1 dan ujung keluar U2.
• Kumparan Z2 mempunyai ujung masuk V1 dan ujung keluar V2.
• Kumparan Z3 mempunyai ujung masuk W1 dan ujung keluar W2.
Keenam ujung kumparan dikeluarkan dari dalam motor dan terletak pada kotak terminal (terminal box). Keenam ujung kumparan ditempatkan 2 (dua) baris yang setiap barisnya merupakan ujung kumparan sejenis dari ketiga kumparan. Penempatan 2 (dua) ujung kumparan tidak pada baris yang sama. Setiap ujung kumparan ditempatkan pada kotak terminal menggunakan mur-baut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan cara penghubungan ujung-ujung kumparan stator.

Sehubungan dengan keperluan tertentu, ujung-ujung kumparan stator tersebut dapat dihubungkan dengan sumber tenaga listrik tiga fasa dalam bentuk pola tertentu, yakni sambungan kumparan stator dalam bentuk hubungan segitiga (-delta) ataupun hubungan bintang (Y-star).

1. Hubungan Segitiga

Hubungan segitiga terbentuk bila dilakukan penyatuan masing-masing ujung kumparan stator berbeda jenis dari 2 (dua) buah kumparan stator yang berlainan sedangkan masing-masing titik simpul dihubungkan dengan masing-masing fasa dari sumber tenaga listrik tiga fasa.

Karakteristik tegangan dan kuat arus listrik pada hubungan segitiga adalah :
Besar tegangan terbentuk pada kumparan = besar tegangan sumber
UZ1 = U1
Besar kuat arus pada kumparan = besar kuat arus sumber

Keterangan
• U1 disatukan dengan W2 dan dihubungkan dengan fasa L1.
• V1 disatukan dengan U2 dan dihubungkan dengan fasa L2.
• W1 disatukan dengan V2 dan dihubungkan dengan fasa L3.

2. Hubungan Bintang

Hubungan bintang terbentuk bila dilakukan penyatuan masing-masing ujung kumparan stator sejenis dari ketiga kumparan stator sedangkan ketiga ujung lainnya dihubungkan dengan masing-masing fasa dari sumber tenaga listrik tiga fasa.

Keterangan ;
• U2, V2 dan W2 saling disatukan dan menjadi titik netral N.
• U1 dihubungkan dengan fasa L1.
• V1 dihubungkan dengan fasa L2.
• W1 dihubungkan dengan fasa L3.

Karakteristik tegangan dan kuat arus listrik pada hubungan bintang:Kuat arus pada kumparan = Kuat arus sumber

Penggunaan hubungan segitiga ataupun hubungan bintang pada sebuah motor listrik dilaksanakan antara lain karena
- besar tegangan sumber tersedia
- atau sistem pengasutan (starting)

Hal utama yang perlu menjadi perhatian pada penggunaan jenis hubungan yang dilakukan adalah memperhatikan batas pemberian tegangan pada kumparan stator. Pemberian tegangan pada kumparan stator tidak boleh melebihi batas ukur tegangan yang telah ditentukan.Bila sumbertegangan tersedia sama besar sedangkan jenis hubungan kumparan stator berbeda, maka: Besar daya listrik aktif pada hubungan segitiga = 3 x Besar daya listrik aktif pada hubungan bintang

P segitiga = 3 x P bintang